Selasa, 14 Januari 2014

SEJARAH JURNALISTIK DI INDONESIA


Seiring era Reformasi yang dikumandangkan dari Sabang sampai Merauke oleh para Reformis, menggantikan era totaliterisme Soeharto, maka dunia jurnalisme kita mendapatkan angin segar dalam menyampaikan informasi kepada khalayak umum tanpa takut adanya ancaman pembredelan.
Tak kurang dari 32 tahun dunia jurnalisme kita mandul dan harus berfungsi sebagai corong pemerintahan Orde Baru yang jauh dari idealisme pers sebagai kontrol sosial. Bahkan sejak akhir masa kekuasaan Soekarno (orde lama), pun dunia jurnalisme kita telah diarahkan menjadi corong pemerintahan. Di era orde lama, institusionalisme pers yang berkembang adalah bagaimana sebuah lembaga penerbit pers dapat melibatkan diri dalam pertentangan antar partai. Masing-masing media cetak berfungsi sebagai corong perjuangan partai-partai peserta pemilu 1955. Beberapa partai seperti PNI mempunyai Suluh Indonesia, Masyumi mempunyai Abadi, NU mempunyai Duta Masyarakat, PSI mempunyai Pedoman dan PKI mempunyai Harian Rakyat. Jadi fungsi media di era Orde Lama tak lain sebagai media perjuangan partainya masing-masing.
Sejak pencabutan pengaturan mengenai SIUPP dan kebebasan penyajian berita serta informasi di berbagai bentuk pada tahun 1999 disahkan UU Pers No 40/1999. Mulai saat itu dunia jurnalisme kita lepas dari pemasungan yang selama akhir masa Orde lama dan orde baru menjerat demokratisasi pers kita. Tak lama kemudian dalam merayakan kemenangan sistem demokrasi muncul berbagai macam ribuan media massa baik cetak maupun elektronik yang tak terbendung lagi memberikan warna kebebasan dalam dunia jurnalisme kita.
Namun gagasan otonomi pers selama ini disalahtafsirkan menjadi kebebasan pers yang tanpa batas etika. Bahkan hemat saya, kebebasan pers di era Reformasi telah jauh meninggalkan kode etik jurnalistik dan lebih liberal dari pers Amerika yang menganut paham leberalisme pers sekalipun. Hal itu terlihat dari beberapa media pers kita yang menyebarkan berita mengarah ke dunia pornografi, kriminal, kekerasan serta mengabaikan nilai-nilai perjuangan kemanusiaan. Mengingat sesuai dengan UU No 40 Tahun 1999 tentang pers secara tegas sebagai kedaulatan rakyat, dan berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.
BAGAIMANA dengan di Indonesia? Tokoh pers nasional, Soebagijo Ilham Notodidjojo dalam bukunya “PWI di Arena Masa” (1998) menulis, Tirtohadisoerjo atau Raden Djokomono (1875-1918), pendiri mingguan Medan Priyayi yang sejak 1910 berkembang jadi harian, sebagai pemrakarsa pers nasional. Artinya, dialah yang pertama kali mendirikan penerbitan yang dimodali modal nasional dan pemimpinnya orang Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, pers Indonesia menjadi salah satu alat perjuangan kemerdekaan bangsa ini. Haryadi Suadi menyebutkan, salah satu fasilitas yang pertama kali direbut pada masa awal kemerdekaan adalah fasilitas percetakan milik perusahaan koran Jepang seperti Soeara Asia (Surabaya), Tjahaja (Bandung), dan Sinar Baroe (Semarang) (“PR”, 23 Agustus 2004).
Menurut Haryadi, kondisi pers Indonesia semakin menguat pada akhir 1945 dengan terbitnya beberapa koran yang mempropagandakan kemerdekaan Indonesia seperti, Soeara Merdeka(Bandung), Berita Indonesia (Jakarta), dan The Voice of Free Indonesia.
Seperti juga di belahan dunia lain, pers Indonesia diwarnai dengan aksi pembungkaman hingga pembredelan. Haryadi Suadi mencatat, pemberedelan pertama sejak kemerdekaan terjadi pada akhir 1940-an. Tercatat beberapa koran dari pihak Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dianggap berhaluan kiri seperti Patriot, Buruh, dan Suara Ibu Kota dibredel pemerintah. Sebaliknya, pihak FDR membalas dengan membungkam koran Api Rakjat yang menyuarakan kepentingan Front Nasional. Sementara itu pihak militer pun telah memberedel Suara Rakjat dengan alasan terlalu banyak mengkritik pihaknya.

Jurnalisme kuning pun sempat mewarnai dunia pers Indonesia, terutama setelah Soeharto lengser dari kursi presiden. Judul dan berita yang bombastis mewarnai halaman-halaman muka koran-koran dan majalah-majalah baru. Namun tampaknya, jurnalisme kuning di Indonesia belum sepenuhnya pudar. Terbukti hingga saat ini masih ada koran-koran yang masih menyuguhkan pemberitaan sensasional semacam itu.

Kelebihan dan Kekurangan Media Majalah


Kelbihan Media Majalah :
- Mirip surat kabar
- Segmentasi pembaca lebih baik
- Gambar dan warna bagus
- Waktu baca agak lama

Kekurangan Media Majalah :
- Biaya agak mahal
- Produksi agak lama
- Pemasangan tergantung tanggal terbit


Jenis-Jenis Majalah


Ada banyak jenis majalah jika dikategorikan berdasarkan pangsa pasarnya. Namun, secara garis besar, Rivers (1983: 5) membagi majalah ke dalam empat jenis, yaitu:
1.      Mass Magazine
Mass magazine mempunyai oplah besar dan berusaha menjembatani khalayak dari berbagai latar belakang melalui isinya yang bersifat umum.
2.      News Magazine
News magazine memiliki jumlah pembaca banyak dan mereka memiliki ketertarikan terhadap isu-isu kontemporer.
3.      Class Magazine

Class magazine secara harfiah dapat diartikan sebagai ‘majalah berkelas’. Kualitas majalah dan kontennya ditujukan bagi pembaca yang berpendidikan tinggi dan tertarik pada urusan publik serta sastra. Meskipun jumlah pembacanya tidak terlalu banyak, majalah jenis ini mempunyai pengaruh kuat karena menghadirkan opini dari para pemimpin atau penguasa.

  Specialized Magazine
Seperti namanya, specialized magazine menyajikan konten spesifik untuk pembaca yang spesifik pula. Beberapa majalah jenis ini sudah terkenal dan memiliki oplah yang cukup besar, sedangkan beberapa majalah lain kurang dikenal luas dan bertiras kecil. Majalah jenis ini dibagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu:
·   Business papers: Penerbitan berkala yang diterbitkan oleh lembaga independen dan bersifat komersil. Informasi di dalamnya penting bagi bisnis, industri, atau profesi tertentu.
·  Company publications: Penerbitan berkala yang diterbitkan oleh firma/perusahaan dan didistribusikan ke karyawan, pengecer, pelanggan, dan pemegang saham.

·         Association journals: Mirip dengan business papers, hanya saja association journals diterbitkan oleh asosiasi atau organisasi tertentu.

Sejarah Majalah

Sejarah Majalah secara Umum
Majalah (magazine) adalah penerbitan berkala yang berisi artikel, cerita, dan sebagainya. Kata ‘magazine’ berasal dari Bahasa Perancis ‘magasin’ yang berarti gudang atau ruang tempat menyimpan sesuatu. Majalah pertama kali diperkenalkan di negara tersebut pada abad ke-17. Karakteristik majalah yang dikenal pada masa itu adalah variasi tulisannya. Kini majalah dapat dibedakan dari koran dan buku berdasarkan format, ragam isi, dan target khalayak yang lebih spesifik (Rivers, 1983: 5).

Sejarah Majalah di Indonesia
Pada masa-masa awal penerbitan pers, majalah lebih banyak digunakan sebagai media penggerak massa untuk melawan pemerintahan yang tidak berpihak pada masyarakat. Selain itu, majalah juga dijadikan alat penyebaran ideologi, kebijakan, atau untuk memperjuangkan kepentingan kelompok tertentu. Singkatnya, penggunaan majalah pada masa itu cenderung idealis dan politis.
Kemudian setelah konflik politik mengendur, pers muncul dengan lebih liberal. Sisi idealisme mulai tergeser dengan kepentingan bisnis. Majalah-majalah baru yang berkonten umum (membahas banyak hal) pun bermunculan dengan tujuan meraih pasar seluas-luasnya sehingga dapat menghasilkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
Di tengah tren majalah umum, majalah De Cranie berani berbeda dengan menjadi majalah yang fokus menyuarakan aspirasi kaum kerani (pegawai administrasi). Majalah ini terbit tahun 1914. Setelah itu, pada 1939 di Banjarmasin terbit majalah dwimingguan Perintis yang membidik target khalayak spesifik, yakni para supir. Namun kedua majalah tersebut berumur pendek (Junaedhie, 1995: 195).
Sekitar tahun 1993 gejala itu muncul lagi. Beberapa majalah terbitan baru memiliki lingkup bahasan dan target pembaca yang lebih sempit. Di kemudian hari, majalah jenis ini disebut majalah khusus. Kurniawan Junaedhie (1995: 194) mendefinisikan majalah khusus sebagai “majalah-majalah yang hanya membahas sesuatu hal, tapi sama sekali tidak membahas semua hal”.
Melihat kecenderungan ini, menjelang abad ke-20, Jakob Oetama meramalkan bahwa majalah khusus akan menjadi tren penerbitan selanjutnya. Arswendo Atmowiloto dan David Sparkers (tenaga ahli biro Survey Research Indonesia) mendukung pernyataan tersebut. David menambahkan argumentasinya. Faktor pertama adalah situasi ekonomi Indonesia yang membaik, sehingga masyarakat rela mengeluarkan uang untuk membeli majalah. Faktor kedua, lapisan piramida penduduk paling tebal saat itu adalah di kelompok umur 15-19 tahun, di mana mereka dipandang mengenyam pendidikan layak, dan oleh karena itu berpotensi menjadi pembaca atau pembeli (Junaedhie, 1995: 194).
Sejak prediksi tersebut menjadi kenyataan, banyak hal yang berubah dari bisnis penerbitan majalah. Persaingan melonggar karena tiap majalah punya target khalayak masing-masing yang berbeda satu dengan lainnya. Selain itu pengiklan pun mengalihkan perhatian mereka dari tiras dan jumlah pembaca yang besar ke target khalayak yang spesifik (niche market), karena dianggap lebih efektif (Junaedhie, 1995: 195).
Kehadiran televisi sempat mengganggu keberadaan majalah, terutama majalah mingguan yang bersifat umum, karena para pengiklan beralih ke televisi yang memiliki jangkauan khalayak lebih luas. Namun hal tersebut tidak berlaku pada mass magazine dan majalah mingguan tersegmentasi. (Rivers, 1983: 6)



IRREGULAR PLURAL NOUN


·         Elf       :           elves                                       
·         Calf     :           calves
·         Knife   :           knives
·         Wife    :           wives
·         Loaf    :           loaves
·         Leaf     :           leaves
·         Shelf    :           shelves
·         Half     :           halves
·         Life     :           lives
·          man    :           men
·         person :           people
·         mouse :            mice
·         child    :           children
·         foot     :           feet
·         goose   :           geese
·         tooth    :           teeth
·         louse    :           lice
·         cactus :            cacti
·         appendix :       appendices
·         ox        :           oxen
·         nucleus            :           nuclei
·         syllabus           :           syllabi
·          focus  :           foci (focuses)
·         Fungus            :           fungi
·          Cactus            :           cacti (cactuses)
·         Thesis  :           theses
·          Crisis  :           crises
·         Phenomenon   :           phenomena
·          Index  :           indices (indexes)
·         Appendix        :           appendices (appendixes)
·         Criterion          :           criteria
·         analysis --> analyses
·         axis      :           axes
·         bacterium        :           bacteria
·         parenthesis      :           parentheses
·         datum  :           data
·          alumnus          :           alumni
·         Bee      :           been
·         Cow    :           kine
·         Eye      :           eyen
·         Shoe    :           shoon
·         Hose    :           housen
·         Knee    :           kneen
·         Tree     :           treen
·         Aurochus         :           aorochusen
·         Corpus :           corpora
·         Foot     :           feet
·         Genus  :           genera
·         Hoof    :           hooves
·         Index   :           indices
·         Matrix :           matrices
·         Medium           :           media
·         Mouse :           mice
·         Ovum  :           ova
·         Penny  :           pence
·         Quantum         :           quanta
·         Radius :           radii
·         Scarf    :           scarves
·         Self      :           selves
·         Serum  :           sera
·         Sheaf   :           sheaves
·         Stratum           :           strata
·         Those   :           these
·         Bison   :           bison
·         Deer    :           deer
·         Moose :           moose
·         Sheep  :           sheep
·         Swine  :           swine
·         Automaton      :           automata
·         Criterion          :           criteria
·         Polyhedron      :           polyhedral
·         Meatus            :           meatus
·         Status  :           status
·         Memorandum  :           memoranda
·         Millennium      :           millennia
·         Agendum        :           agenda
·         Spectrum         :           spectra
·         Corrigendum   :           corrigenda
·         Addendum      :           addenda
·         Datum :           data
·         Forum  :           fora (forums)
·         Series   :           series
·         Species            :           species
·         Vertex :           vertice
·         Testis   :           testes
·         Axis     :           axes
·         Formula           :           formulas
·         Encyclopedia  :           encyclopedias
·         Die      :           dice
·         penny  :           pence
·         plateau :           plateau
·         bureau :           bureau
·         larva    :           larvae
·         vertebra           :           vertebrae
·         news    :           news
·         information     :           information
·         furniture          ;           furniture
economics       :           economics